BISU





Bisu adalah namaku saat bicara padamu.
Butuh ribuan kali pikir untuk sekadar tanya kabar yang sayangnya sering berbalas ngilu.
Bukankah (dengan profesiku) harusnya aku bisa memburumu dengan tanya?
Mencari sesuatu yang katanya bukan hakku untuk tahu.
Menjebakmu dalam barisan kata agar aku dapat yang kuperlu.
Sungguh terlalu sulit membantah, saat yang kupikirkan justru perasaanmu melulu.
Tumpah sudah kata-kataku yang patah.
Berserak-serakan di bawah kantung mataku yang terlanjur basah.
Jadilah kupunguti kata satu demi satu.
Menjadikannya padu sebagai untaian rindu yang belum menjemu.
Agar setidaknya kamu tahu, banyak perasaanku yang tak diucap akibat terbentur tuturmu.





Bogor, 24 Juli 2017
WNF


Salam,
Temanmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Sudut Matamu

Jogja Sore Itu

SunLife Edufair 2017: Financial Planing For Brighter Monday!