Jogja Sore Itu
Mereka duduk di lantai tak beralas
Beradu otak dan batin yang rupanya tak sejalan
Diantara rindu yang bertemu, kemungkinan datang mengganggu
Lalu berbisiklah ia pada harapan, “berbesar hatilah dan
jangan kau lupa diri”
Mereka tidak banyak beradu kata
Yang satu banyak bicara
Yang satu banyak merasa
Hanya saja yang aku tahu, mereka pemilik resah yang sama
Sore membubarkan tatapan dua pasang mata
Sepasang berisi maaf, kejujuran dan kemungkinan
Sepasang berisi kecewa, pasrah dan penyangkalan
Hanya saja yang aku tahu, untuk sesaat mereka perlu terpejam
Di seperempat perjalanan bulan, ada yang kembali merajuk
Rindu mengetuk-ngetuk hati
Rupanya yang tertunda memang harus diselesaikan
Pun resah yang sangat menjengkelkan
Atas nama keikhlasan mereka berdamai
Lalu saling bicara dan mendengarkan bergantian
Berdialog dalam nada penuh penerimaan
Berdoa untuk kekuatan diri atas jalan yang dipilihkan Tuhan
Diujung pertemuan mereka bisa tersenyum
Yang satu mengerti atas tempo yang sulit bergeser
Yang satu berterimakasih atas cemas yang melindunginya dari
luka
Yang aku tahu, sejak sore itu mereka akan saling menjaga
Bagian akhir ceritanya, mereka mendoakan satu sama lain
sebelum berpisah.
Setidaknya sedikit lega menemani keduanya pulang.
Aku dan temanku saksi dua anak yang mencoba dewasa
Alu sepakat.
Aku adalah penikmat Jogja yang romantis disetiap sudut
pemikirannya.
Kebumen, September 2016
WNF
-Dari aku yang memihak harapan
kita di jalan Tuhan-

Komentar
Posting Komentar